Minggu, 19 Juni 2011

Minggu, 12 Juni 2011

Sisi Lain Jalan Raya

Hutan dan pepohonan didalamnya selama ini telah lazim kita kenal sebagai penyerap polusi di planet Bumi ini, namun apa yang terjadi apabila hutan tersebut mengalami kebakaran? Siapa yang mampu menyerap polusi yang dihasilkannya? Jalan raya di sekitar hutan mungkin dapat menjadi jawabannya! Sejumlah ilmuwan di Eindhoven University of Technology, Belanda tengah mengembangkan beton berlapis titanium dioksida yang dapat menghilangkan nitrogen oksida yang ada di udara. Nitrogen oksida adalah hasil keluaran dari bensin yang dibakar pada temperatur tinggi, yang terjadi di mesin kendaraan otomotif.
Oksida ini dapat menyebabkan masalah kesehatan, misalnya sesak nafas. Selain itu, nitrogen oksida juga bertanggungjawab atas masalah lingkungan lainnya, termasuk asap kabut serta kerusakan ozon. Seperti dikutip dari BrightSideofNews, 15 Agustus 2010, material yang digunakan pada jalanan beton menggunakan sinar matahari untuk mengkonversi nitrogen oksida ke bentuk nitrat yang membersihkan udara.
Titanium dioksida, yang sering ditemukan pada cat, adalah bahan kimia yang mampu membersihkan diri sendiri yang akan merusak algae dan debu, membuat permukaan jalan tetap bersih sambil udara dibersihkan. Setelah beberapa kali berhasil diujicoba di laboratorium, material itu telah digunakan melapisi sebagian ruas jalan di Hengelo, Belanda. Sebagian jalan dengan luas serupa dibiarkan menggunakan beton biasa, dan kemudian sampel udara di sekitarnya diambil.
Peralatan uji coba membuktikan material baru yang ditemukan tersebut memang membersihkan udara. Yang menarik, material baru itu juga bisa digabungkan dengan aspal, jika jalan itu tak memakai beton. Tentu biayanya lebih mahal dibandingkan tidak dilapisi material pembersih udara.
Dalam upaya serupa menemukan material yang antipolusi, peneliti asal China mengembangkan polimer berteknologi nano. Meski pencarian teknologi mengurangi, atau menghilangkan kotoran dari udara terus dilakukan, kita tetap harus mencari cara mengurangi atau menghilangkan sumber polusi.

dikutip dari http://mojowebster.blogspot.com/2010/08/bukan-hanya-hutan-kini-jalan-raya-pun.html

Pagelaran Seni "LUP"


PAGELARAN SENI “LUP”
UKM Seni UMI

Seni adalah kata yang sangat akrab ditelinga kita yang merupakan salah satu bentuk produk peradaban manusia. Seni bersifat dinamis, dan merupakan proses kreatif yang tak pernah berhenti membuat kita selalu berpikir imajinatif dan kreatif dalam meyampaikan pesan disamping itu, Seni mampu menjadi media yang sangat efektif  untuk mengungkap beragam realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Hakekat berkesenian diatas panggung adalah sebuah perjuangan menyampaikan aspirasi yang dilakukan oleh pekerja seni (seniman) yang kemudian disebut sebagai pementasan. Namun masyarakat awam yang kadang belum memahami maksud dari sebuah pertunjukan sehingga terkadang menstigma bahwa seni itu penuh dengan kebingungan. Padahal kalau kita mau cermati, seni mampu memberi sebuah nilai  dari sudut pandang berbeda sehingga masyarakat bisa berfikir lebih bebas dan alternatif. 
Keberadaan kesenian kampus di seluruh perguruan tinggi Indonesia hanya sebatas Unit Kegiatan Mahasiswa. Namun, secara kuantitatif dengan dukungan materil & non materil, dapat menjadi modal pengembangan kaderisasi kesenian kampus di Indonesia berbasis ilmiah. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas dan posisi kesenian kampus, dimana pencapaian artistiknya selama ini merupakan embrio bagi masa depan kesenian di Indonesia. Salah satu langkah konkrit tersebut adalah menciptakan momentum untuk merangsang peningkatan kualitas karya dengan menyelenggarakan pagelaran seni.

Unit pengembangan Kreatifitas Seni Budaya dan Sastra Universitas Muslim Indonesia (UPKSBS UMI) sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dalam bidang seni, terus berusaha mempertahankan eksistensinya dalam berkarya, dengan merencanakan sebuah pagelaran seni. Pagelaran seni kali ini mengangkat tema “LUP”.

Secara harfiah, LUP atau Kaca pembesar adalah alat yang digunakan untuk melihat sesuatu yang kecil sehingga menjadi lebih besar dan jelas. Memiliki lensa cembung dengan sifat bayangan yang dihasilkan tegak maya dan diperbesar. Dalam aplikasinya, Lup biasa dimanfaatkan oleh peneliti untuk menemukan sesuatu hal yang kasat mata atau kecil, untuk kemudian dianalisis sebagai sebuah bahan yang mendukung dalam pemecahan masalah atau sekedar mengungkap suatu hal yang tersembunyi.
Sesuai dari filosofi lensa cembung dalam Lup, dimana sesuatu benda yang kecil dan kabur, dapat dilihat menjadi besar dan jelas, kami mencoba mengintegrasikan hal ini kedalam kehidupan masyarakat. Ditengah kemajuan teknologi dan arus globalisasi yang marak saat ini, banyak sekali masalah yang hadir disekitar kita. Sampai saat ini, bangsa kita masih belum juga terlepas dari Beragam isu dan fenomena-fenomena klasik , baik seputar masalah Lingkungan, sosial, budaya, nasionalisme yang mungkin saja kita anggap kecil dan luput dari perhatian kita.
Melalui riset dan observasi yang telah kami lakukan terhadap beragamnya fenomena yang lahir dari kehidupan bermasyarakat, kami terinspirasi untuk menyajikan masalah tersebut melalui sebuah karya seni teater, tari, music , sastra, dan rupa yang kemudian dikemas dalam sebuah pegelaran seni, untuk mengajak masyarakat melihat masalah ini dari sudut pandang berbeda sehingga mampu menyentuh nurani kita untuk peka terhadap realitas yang terjadi dan merenungkan kembali bahwa kita tidak boleh apatis terhadap masalah-masalah sekecil apapun dalam masyarakat kita, yang mungkin saja berkontribusi terhadap masalah besar dari degradasi moral,social,budaya dan nasionalisme yang dialami bangsa kita saat ini. 

Senin, 23 Mei 2011

Proposal karya subdivisi RUPA UKM Seni UMI

Proposal Karya




JUDUL
Instalasi dan sketsa
“BAD TRAFFIC CULTURE”
Divisi : Kekaryaan
Sub Divisi : RUPA
1.    Mujahidin

2.    Muh. Farid

3.    Andrian guni

4.    Mahmud Syafaat
5.    Hardiman









UNIT PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI BUDAYA DAN SASTRA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2011





















KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb…                   
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal karya ini
            Adapun penyusunan proposal karya ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi setiap anggota muda untuk mendapatkan nomor anggota di UPKSBS UMI dan kemudian ditetapkan menjadi anggota penuh..
            Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal karya ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
Wassalamualaikum Wr.Wb..
                                                                                      Makassar, 16 Mei 2011
                                                                                                                 

                                                                                Anggota Muda Divisi Kekaryaan
                                                                                        Subdivisi Rupa LDK XI
                                                                       UPKSBS UMI





BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seiring waktu, seni rupa sebagai sesuatu yang dinamis pun mengalami banyak perkembangan dengan munculnya aliran-aliran baru dalam seni rupa. Hal ini tak lepas dari gejala social yang dialami masyarakat yang semakin kompleks sehingga menuntut suatu bentuk ekspresi seni yang lebih eksploratif. Berangkat dari hal tersebut, Seni instalasi lahir sebagai suatu cabang seni rupa. Seni instalasi sendiri memilki arti seni yang memasang, menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu, dan Biasanya memuat persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat kontemporer.
Di Indonesia, seni instalasi semakin diminati dan dipilih oleh perupa-perupa dalam mengekspresikan gagasannya, utamanya yang memuat masalah-masalah  sosial. Misalnya saja Kemacetan lalu-lintas.
Sebagai salah satu Negara berkembang, Indonesia memiliki banyak permasalahan social yang kompleks. mulai dari pertumbuhan penduduk yang tinggi, kesenjangan sosial, hingga kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan itu sendiri. Diantara banyak permasalahan itu adalah kemacetan.
Masalah kemacetan telah merambah dibeberapa kota besar di indonesia. Salah satunya di Makassar yang kini merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan tingkat pembangunannya yang pesat. Untuk itu, kemacetan pun menjadi masalah yang tak dapat terhindarkan. Kini, kemacetan sudah menjadi santapan sehari-hari masyarakat makassar utamanya pada jam-jam kerja, kondisi inipun semakin meresahkan karena intensitasnya yang semakin tinggi.
Sekedar gambaran, berdasarkan riset yang kami lakukan menegenai kemacetan lalu-lintas di makassar,  kami mendapati bahwa kultur/budaya masyarakat Makassar yang tak patuh aturan dan etika berlalu-lintas, merupakan faktor utama penyebab kemacetan lalu-lintas di makassar.  Hal inilah yang kemudian menggairahkan kami dari Divisi Rupa UPKSBS UMI, untuk berusaha menyampaikan pesan sosial melalui karya instalasi dan sketsa yang berjudul “BAD TRAFFIC CULTURE”. Semoga menjadi bahan renungan kita bersama untuk berbuat lebih baik.

B.      Tujuan
Tujuan  kami  membuat karya ini adalah:
1.    Sebagai syarat untuk mengambil nomor anggota di UPKSBS UMI
2.    Sebagai bahan pikiran untuk pemerintah dan masyarakat umum  kota makassar agar lebih memperhatikan masalah kemacetan dalam kota.
3.    Mengadakan pameran rupa








BAB II
DASAR TEORI

A.      Tinjauan Pustaka
Ada beberapa pendapat mengenai kemacetan di antaranya :
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta dan Bangkok. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan kota-kota besar lainnya di Indonesia

Penyebab kemacetan
Kemacetan dapat terjadi karena beberapa alasan:
·      Arus yang melew ati jalan telah melampaui kapasitas jalan
·  Terjadi kecelakaan lalu-lintas sehingga terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan dari jalur lalu lintas,
·      Terjadi banjir sehingga kendaraan memperlambat kendaraan
·      Ada perbaikan jalan,
·      Bagian jalan tertentu yang longsor,
·      kemacetan lalu lintas yang disebabkan kepanikan seperti kalau terjadi isyarat sirene tsunami.
 Dampak negatif kemacetan
Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar yang antara lain disebabkan :
·      Kerugian waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah
·      Pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah,
·      Keausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi,
·      Meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal,
·      Meningkatkan stress pengguna jalan,
·      Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya

Data  Kendaraan di kota Makasar
            Data kendaraan yang beroperasi di Kota Makassar berdasarkan data dari Polwiltabes Kota Makassar tahun 2008 adalah sepeda motor sebanyak 360.122 unit ( 75,80%), mobil penumpang (angkutan umum) sebanyak 77.319 unit (16,27%), mobil barang sebanyak 26.797 unit (5,64%), kendaraan khusus sebanyak 71 unit (0,01%).
Berdasarkan data tersebut, kendaraan roda dua atau sepeda motor memiliki jumlah yang cukup dominan yaitu 360.122 unit (75,80%). Sedangkan panjang jalan berdasarkan data dari dinas pekerjaan umum Kota Makassar adalah 1593,46 Km. Panjang jalan itu, terdiri dari jalan nasional sepanjang 45,29 Km dan jalan kota sepanjang 1548,17 Km dengan kondisi jalan rata-rata baik. Sementara itu, pertumbuhan panjang jalan sebesar 1-35 per tahun.
Untuk mengurangi tingkat kemacetan itu, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan pemasangan rambu lalu lintas. Adapun, jumlah rambu lalu lintas yang terpasang di Kota Makassar sebanyak 3.352 buah yang terdiri dari rambu perintah, rambu larangan, rambu peringatan, dan rambu petunjuk. Sementara itu, marka jalan yang ada di Kota Makassar sepanjang 89,859 Km dalam kondisi baik

Penanganan Kemacetan.
Menanggapi masalah kemacetan, Pihak dishub (dinas perhubungan) merencanakan pembangunan jalur transportasi massal busway di Kota Makassar belum didukung infrastruktur jalan yang memadai. Sejumlah jalan yang diproyeksi menjadi koridor, masih sempit dan dikhawatirkan menimbulkan penumpukan kendaraan.

            Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Makassar Chairul Andi Tau mengungkapkan, pengoperasian busway,khususnya di Koridor I Terminal Regional Daya-Kantor Telkom Pettarani, harusdisertaipelebaranjalan diUripSumoharjo.Jikatidak,jalur tersebut dipastikan akan mengalami kemacetan akibat padatnya kendaraan.”Balai BesarJalan Nasional harussecepatnya melakukan pelebaran,khususnya di Urip Sumoharjo.”

            ”Idealnya,begitu busway
dioperasikan, jalan juga sudah lebar,” ungkap dia kepada SINDO,kemarin. Pemprov Sulsel mendapatkan bantuan 25 unit busway. Rencananya, kendaraan perintis ini akan digunakan melayani rute Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar (Mamminasata). Sementara itu, Koridor I akan melayani rute Terminal Regional Daya, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Urip Sumoharjo, hingga Jalan AP Pettarani.

B.      Hasil Observasi Lapangan
Selain mengumpulkan data dan teori dari beberapa sumber, kami juga melakukan riset. Dalam riset ini kami langsung turun ke beberapa titik kemacetan yang ada di makassar untuk melakukan observasi langsung dan mewawancarai masyarakat sekitar.
 Pada tanggal  20 Maret kami melakukan obseravasi  di beberapa titik kemacetan yang akan menjadi  lokasi penelitian kami Diantaranya, Di jalan A.P.Pettarani, Jalan Hertasning, dan di Jalan Toddopuli Raya.
Sebelum berangkat ke lokasi penelitian anggota divisi rupa berkumpul di secret UPKSBS UMI. pada pulul 16.30 kami berangkat untuk melakukan observasi  lansung ke jalan. Pertama-tama kami melakukan pengamatan di jalan abdesir  tepatnya di dekat lampu merah menuju Mall Panakkukang, disitu kami melihat arus lalulintas agak cukup lancar karena volume kendaraan yang lewat pada hari itu tidak terlalu padat, itu di sebabkan karena hari itu adalah hari libur.
Setelah melakukan pengamatan di abd. Daeng sirua, kami melanjutkan perjalanan di jalan A.P.Pettarani disitu kami terhenti karena di depan kami ada terjadi kemacetan tepatnya  di pertigaan menuju hertasning, setelah melihat adanya kemacetan kemudian kami menepi di pinggir jalan untuk melakukan pengamatan lagi di jalan A.P.Pettrani, disitu kami melihat kemacetan yang lumayan panjang  dan kemudian kami segera mengambil kamera untuk mengambil gambar kemacetan tersebut, setelah kami mengamati lokasi tersebut kami menyimpulkan bahwa kemacetan tersebut di sebabkan karena adanya kendaraan yang ingin berbelok ke jalur sebelah sehingga menghalangi kendaraan lain yang ingin maju hingga terjadi penumpukan kendaraan.
Setelah mengamati di jalan Pettarani kemudian kami melanjutkan observasi ke lalan hertasning disitu kami juga menemukan adanya kemacetan tepatnya di depan kantor PLN dan kami segera menepi untuk melakukan pengamatan lagi, tampa berlama – lama kami langsung mengambil gambar d lokasi  itu dan setelah kami amati lokasi tersebut kemacetannya di sebabkan karena banyaknya jalan- jalan yang berlubang  di tambah disitu juga terdapat perempatan antara jalan hertasning dan todopuli raya yang membuat volume kendaraan yang melewati jalan di daerah itu semakin bertambah, selanjutnya kami pindah dan melakukan pengamatan di jalan todopuli raya karena disitu juga terlihat kemacetan yang cukup panjang setelah kami mengamati dan mengambil di lokasi itu kami menyimpulkan bahwa kemacetan yang terjadi  di todopuli di karenakan bukaan jalan yang sempit dan disitu cuma terdapat satu jalur saja sehingga sangat memungkinkan terjadi kemacetan.
Setelah melakukan pengamatan di beberapa lokasi dan sepertinya hari juga sudah mulai gelap data yang kami ambil sepertinya sudah lumayan banyak, jadi kami lansung beranjak pulang ke secret untuk membahas hasil observasi  hari ini.
Pada tanggal 8 april 2011 pukul 16.30 Wita, kami turun lagi ke jalan untuk melakukan observasi yang kedua kalinya tetapi kali kami hanya memgambil data di satu lokasi saja yaitu di lalan A.P.Pettrani tepatnya di depan Ramayana, setalah kami tiba di lokasi kami langsung mengamati daerah sekitar dimana sedang terjadi kemacetan yang cukup panjang. Setelah   melakukan pengamatan kami mencoba mencari masyarakat sekitar untuk menanyakan pendapat mereka tentang kemacetan yang terjadi di jalan A.P.Pettarani, kemudian kami bertemu dengan salah warga di sekitar lokasi yang bernama pak sunud dia adalah salah satu security di sebuah, dan kami langsung menanyakan pendapat pak sunud mengenai kemacetan yang terjadi di jalan A.P.Pettarani.
          kemacetan ini terjadi karena adanya kendaraan yang yang ingin berbelok sehingga menhambat pengendara lain serta banyaknya becak/bentor yang melakukan pelanggaran Seperti  jalan berlawanan dengan arah yang seharusnya, menurutnya puncak kemacetan itu terjadi pada jam – jam sibuk yaitu pada waktu berangkat dan pulang kantor”. Ujar pak sunud.
Selanjutnya untuk menambah data, kami juga melakukan wawancara dengan salah satu petugas polisi lalulintas yang sedang bertugas didekat lokasi penelitian kami, Menurut pak Bahtiar bahwa kemacetan yang terjadi di kota Makassar bukan karena besarnya volume kendaraan di kota Makassar, karena pada saat ini jumlah kendaaran kota Makassar masih belum melewati batas yang yang di tentukan berbeda dengan di kemacetan yang terjadi di Jakarta yang  di sebabkan karena kepadatan kendaraan yang sangat besar. Sedangkan kemacetan yang terjadi di kota Makassar sebagian besar di sebabkan oleh kultur atau budaya masyarakat kota Makassar tidak patuh pada peraturan lalu lintas. Yah, yang penting bisa sampai ke tempat tujuan dengan cepat tanpa memperdulikan pengguna jalan yang lain. 

 















BAB III
RANCANGAN KARYA
A.   Ide Karya

Ide yang terlintas dalam benak kami ketika merancang karya ini berangkat dari gejala social dimana kemacetan lalu lintas di Makassar sudah merupakan santapan sehari-hari masyarakat Makassar. Di beberapa ruas jalan tertentu dan waktu-waktu tertentu, selalu terjadi kemacetan panjang. Tentunya banyak factor yang mengabikatkan hal tersebut seperti yang telah dijelaskan diatas. Berdasarkan hasil riset yang kami lakukan dibeberapa titik macet, Secara umum penyebab Kemacetan lalu lintas dimakassar disebabkan oleh etika dan perilaku/budaya masyarakat yang tidak patuh aturan.

Berbeda dengan masalah kemacetan di Jakarta yang sudah sangat kompleks karena ditambah masalah kepadatan penduduk yang tak terkendali. Sarana prasarana lalu lintas di Makassar sebenarnya masih memadai untuk memenuhi kebutuhan transportasi di Makassar hanya saja seperti masalah yang kami sebutkan di atas yaitu masalah budaya  masyarakat Makassar yang tidak mematuhi aturan dan etika berlalu-lintas yang telah ditetapkan.

Jadi, secara implisit, Ide dasar yang ingin digambarkan pada instalasi ini adalah telah adanya aturan yang dibuat untuk mengatur, ada jalan ada rambu-rambu, ada himbauan dan sosialisasi, namun semua itu kemudian di rusak oleh ketidakpatuhan dan egoisitas terhadap aturan berlalu-lintas yang ada sehingga menimbulkan kemacetan.

a.    Ruang linkup karya
Dalam karya ini menggambarkan mengenai penyebab kemacetan di makasar yang utamanya di sebabkan oleh budaya buruk berlalulintas

b. Deskripsi Karya

Karya yang kami rencanakan adalah Karya instalasi rupa dan Sketsa. Karya instalasi memuat masalah yang telah kami paparkan pada ide karya sedangkan karya sketsa adalah sketsa ilustrasi mengenai kemacetan lalu lintas  dan sketsa lapangan yang menggambarkan suasana kemacetan di makassar di beberapa ruas jalan yang merupakan titik macet.
Kami memilih karya instalasi karena instalasi rupa menurut kami adalah sarana alternatif yang apresiatif dalam menyampaikan gagasan kami sehingga mampu menggugah secara moril dan psikologis  masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya mengenai masalah yang ada. Karena sesungguhnya menjaga ketertibaban umum, bukan hanya menjadi tugas pemerintah terkait atau polisi sebagai penegak disiplin, melainkan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mensosialisasikan pentingnya menjaga ketertiban berlalu-lintas.
Disamping itu kami juga memilih karya sketsa ilustratif dan lapangan untuk menggambarkan fakta real kondisi kemacetan di Makassar.

1.    Judul Karya Instalasi : “Bad Traffic Culture”
Secara bahasa dapat diartikan Budaya buruk berlalulintas.
2.    Media artistik: 
adapun media artistic yang akan digunakan untuk instalasi ini adalah:
- Pipa Pralon ukuran sedang : kami menggunakan media pipa untuk menyimbolkan jalan raya. Secara substansial pipa dan jalan memiliki kesamaan yaitu sama-sama tempat/wadah lewat utama.
- Selang : sama seperti pipa sebagai jalan juga namun disini didesain acak-acakan , saling melilit, tidak teratur, untuk menyimbolkan pola pengguna jalan yang tak teratur dan tak mematuhi rambu-rambu
- Bambu dan balok: sebagai Rangka berdiri
- Rambu-rambu : ada yang di gantung dan ada yang di tanam di pot, menyimbolkan rambu-rambu lalu-lintas yang kini hanya sebatas pajangan saja bahkan dianggap seperti tanaman tanaman penghias di pinggir jalan.
- corong : menyimbolkan himbauan dan sosialisasi aturan berlalu lintas oleh pemerintah.
- kawat duri : menyimbolkan himbauan dan aturan itu sudah usang dan semakin miris terdengar
- Batu batu : menyimbolkan kendaraan-kendaraan yang terjebak macet. Sifat batu adalah keras sama dengan egoisitas masyarakat Makassar yang sangat individual dalam berlalu-lintas.
- pot : tempat menanam rambu lalu lintas yang hanya memperindah jalan.
Sedangkan media yang akan kami gunakan untuk sketsa adalah kertas linnen A3 warna putih  dengan pensil 2b dan 4b

Gambar I : Rancangan Karya Instalasi “Bad Traffic Culture”

B.   Teknis Pembuatan Karya

Karya instalasi akan dibuat secara bersama, dimulai sejak selesai proposal karya.
Di buat rangka berbentuk persegi panjang dari bambu dan balok yang mampu berdiri sebagai stand untuk pipa-pipa dan selang yang dililit ke pipa dengan pola tak beraturan, di samping itu rangka juga sebagai tempat menggantung rambu-rambu, seperti gambar diatas. Kemudian, Di ujung-ujung selang yang tersebar di lantai disusun batu-batu yang bertumpuk. Di sekitarnya di letakkan tanaman rambu-rambu lalu-lintas dan corong himbauan yang dililit kawat duri, seperti gambar diatas.

karya sketsa dikerjakan  oleh tiap individu. Ada yang berupa ilustrasi tentang kemacetan dan sket lapangan, dimana kami akan langsung membuat sket di beberapa titik macet untuk menggambarkan suasana yang terjadi.

C.   Alat dan bahan
-          Pipa pralon dan sambungan pipa T & L
-          Selang panjang
-          Seng Plat
-          Kawat duri bekas
-          Pot bunga
-          Batu-batu
-          Tripleks
-          Bambu dan balok
-          Cat dan kuas
-          Tali pengikat
-          Palu dan paku
-          gergaji


D.   Waktu dan tempat Pameran

Waktu pameran direncanakan pada pertengahan bulan Juni bertempat di sekitaran lingkungan kampus UMI.  (waktu dan tempat masih dikondisikan)

E.   Rincian Dana

No
Kebutuhan artistic
Jumlah
Harga
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Pipa pralon
Sambungan pipa T & L
Selang panjang
Seng Plat 1m x 1m
Kawat duri bekas
Pot bunga plastik
Batu-batu
Tripleks
Bambu @ 3 m
Balok @ 3 m
Cat putih
Pewarna cat
kuasLukis
Tali pengikat
Palu
Paku 4 cm
Gergaji
20 meter
20 buah
20 meter
2 lembar
10 meter
6 buah
Banyak
1 lembar
2 batang
4 batang
1 kaleng
5 warna
6 buah
1 roll
1 buah
banyak
1 buah
200.000
40.000,-

40.000,-
………
90.000,-
……….
45.000,-
30.000,-
75.000.-
50.000,-
35.000,-
12.000,-
10.000,-
45.000,-
5000,-
30.000,-

JUMLAH









F.    Jadwal pembuatan Karya
Jadwal latihan, pembuatan karya dan persiapan pameran adalah setiap hari Kamis dan Sabtu dari pukul 16.00-selesai

No
Waktu
Kegiatan
Tempat
1



2



3



4



5

6

7


8


9

10

11

12

28-04-2011



30-04-2011



5-05-2011



7-05-2011



12-05-2011

14-05-2011

19-05-2011


21-05-2011


26-05-2011

28-05-2011

2-05-2011

4-05-2011
-Materi instalasi (bahas  rencana karya)
-Pembagian tugas pengumpulan alat dan bahan instalasi
-Materi sketsa lapangan (teknik perspektif, suasana dan ilustrasi)
- beri tugas individu (gambar Ilustrasi)
-Praktik lapangan
(sket lapangan)
-pengumpulan alat dan bahan
-konsultasi tugas gambar
Praktik lapangan
(sket lapangan)
-pengumpulan alat dan bahan
-konsultasi tugas gambar
-Pembuatan instalasi
-konsultasi tugas gambar
-Pembuatan instalasi
-konsultasi tugas gambar
-praktik lapangan
(sket lapangan)
-konsultasi tugas gambar
-praktik lapangan
(sket Lapangan)
-konsultasi tugas gambar
-pembuatan instalasi
-konsultasi tugas gambar
-pembuatan instalasi
-konsultasi tugas gambar
-finishing instalasi
-pengumpulan tugas
-perancangan pameran
Bawah kubah



Bawah Kubah



Titik Macet (dikondisikan)


Titik Macet
(dikondisikan)


Bawah Kubah

Bawah Kubah

Titik Macet
(dikondisikan)

Titik Macet
(dikondisikan)

Bawah Kubah

Bawah Kubah

Bawah Kubah

Bawah Kubah




Daftar Pustaka

-          hhpt//Wikipedia Indonesia.co.id
-          Badan Statistic Kota Makassar
-          Anti Go Blog.Com
-          Blog Bahan Kuliah dan Contoh Kuliah
-          Blogger Kemacetan
-          hhpt//KASKUS
-          www.MakassarTv.com
-          Analisis Data Tempo





LAMPIRAN