Minggu, 19 Juni 2011

Minggu, 12 Juni 2011

Sisi Lain Jalan Raya

Hutan dan pepohonan didalamnya selama ini telah lazim kita kenal sebagai penyerap polusi di planet Bumi ini, namun apa yang terjadi apabila hutan tersebut mengalami kebakaran? Siapa yang mampu menyerap polusi yang dihasilkannya? Jalan raya di sekitar hutan mungkin dapat menjadi jawabannya! Sejumlah ilmuwan di Eindhoven University of Technology, Belanda tengah mengembangkan beton berlapis titanium dioksida yang dapat menghilangkan nitrogen oksida yang ada di udara. Nitrogen oksida adalah hasil keluaran dari bensin yang dibakar pada temperatur tinggi, yang terjadi di mesin kendaraan otomotif.
Oksida ini dapat menyebabkan masalah kesehatan, misalnya sesak nafas. Selain itu, nitrogen oksida juga bertanggungjawab atas masalah lingkungan lainnya, termasuk asap kabut serta kerusakan ozon. Seperti dikutip dari BrightSideofNews, 15 Agustus 2010, material yang digunakan pada jalanan beton menggunakan sinar matahari untuk mengkonversi nitrogen oksida ke bentuk nitrat yang membersihkan udara.
Titanium dioksida, yang sering ditemukan pada cat, adalah bahan kimia yang mampu membersihkan diri sendiri yang akan merusak algae dan debu, membuat permukaan jalan tetap bersih sambil udara dibersihkan. Setelah beberapa kali berhasil diujicoba di laboratorium, material itu telah digunakan melapisi sebagian ruas jalan di Hengelo, Belanda. Sebagian jalan dengan luas serupa dibiarkan menggunakan beton biasa, dan kemudian sampel udara di sekitarnya diambil.
Peralatan uji coba membuktikan material baru yang ditemukan tersebut memang membersihkan udara. Yang menarik, material baru itu juga bisa digabungkan dengan aspal, jika jalan itu tak memakai beton. Tentu biayanya lebih mahal dibandingkan tidak dilapisi material pembersih udara.
Dalam upaya serupa menemukan material yang antipolusi, peneliti asal China mengembangkan polimer berteknologi nano. Meski pencarian teknologi mengurangi, atau menghilangkan kotoran dari udara terus dilakukan, kita tetap harus mencari cara mengurangi atau menghilangkan sumber polusi.

dikutip dari http://mojowebster.blogspot.com/2010/08/bukan-hanya-hutan-kini-jalan-raya-pun.html

Pagelaran Seni "LUP"


PAGELARAN SENI “LUP”
UKM Seni UMI

Seni adalah kata yang sangat akrab ditelinga kita yang merupakan salah satu bentuk produk peradaban manusia. Seni bersifat dinamis, dan merupakan proses kreatif yang tak pernah berhenti membuat kita selalu berpikir imajinatif dan kreatif dalam meyampaikan pesan disamping itu, Seni mampu menjadi media yang sangat efektif  untuk mengungkap beragam realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Hakekat berkesenian diatas panggung adalah sebuah perjuangan menyampaikan aspirasi yang dilakukan oleh pekerja seni (seniman) yang kemudian disebut sebagai pementasan. Namun masyarakat awam yang kadang belum memahami maksud dari sebuah pertunjukan sehingga terkadang menstigma bahwa seni itu penuh dengan kebingungan. Padahal kalau kita mau cermati, seni mampu memberi sebuah nilai  dari sudut pandang berbeda sehingga masyarakat bisa berfikir lebih bebas dan alternatif. 
Keberadaan kesenian kampus di seluruh perguruan tinggi Indonesia hanya sebatas Unit Kegiatan Mahasiswa. Namun, secara kuantitatif dengan dukungan materil & non materil, dapat menjadi modal pengembangan kaderisasi kesenian kampus di Indonesia berbasis ilmiah. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas dan posisi kesenian kampus, dimana pencapaian artistiknya selama ini merupakan embrio bagi masa depan kesenian di Indonesia. Salah satu langkah konkrit tersebut adalah menciptakan momentum untuk merangsang peningkatan kualitas karya dengan menyelenggarakan pagelaran seni.

Unit pengembangan Kreatifitas Seni Budaya dan Sastra Universitas Muslim Indonesia (UPKSBS UMI) sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dalam bidang seni, terus berusaha mempertahankan eksistensinya dalam berkarya, dengan merencanakan sebuah pagelaran seni. Pagelaran seni kali ini mengangkat tema “LUP”.

Secara harfiah, LUP atau Kaca pembesar adalah alat yang digunakan untuk melihat sesuatu yang kecil sehingga menjadi lebih besar dan jelas. Memiliki lensa cembung dengan sifat bayangan yang dihasilkan tegak maya dan diperbesar. Dalam aplikasinya, Lup biasa dimanfaatkan oleh peneliti untuk menemukan sesuatu hal yang kasat mata atau kecil, untuk kemudian dianalisis sebagai sebuah bahan yang mendukung dalam pemecahan masalah atau sekedar mengungkap suatu hal yang tersembunyi.
Sesuai dari filosofi lensa cembung dalam Lup, dimana sesuatu benda yang kecil dan kabur, dapat dilihat menjadi besar dan jelas, kami mencoba mengintegrasikan hal ini kedalam kehidupan masyarakat. Ditengah kemajuan teknologi dan arus globalisasi yang marak saat ini, banyak sekali masalah yang hadir disekitar kita. Sampai saat ini, bangsa kita masih belum juga terlepas dari Beragam isu dan fenomena-fenomena klasik , baik seputar masalah Lingkungan, sosial, budaya, nasionalisme yang mungkin saja kita anggap kecil dan luput dari perhatian kita.
Melalui riset dan observasi yang telah kami lakukan terhadap beragamnya fenomena yang lahir dari kehidupan bermasyarakat, kami terinspirasi untuk menyajikan masalah tersebut melalui sebuah karya seni teater, tari, music , sastra, dan rupa yang kemudian dikemas dalam sebuah pegelaran seni, untuk mengajak masyarakat melihat masalah ini dari sudut pandang berbeda sehingga mampu menyentuh nurani kita untuk peka terhadap realitas yang terjadi dan merenungkan kembali bahwa kita tidak boleh apatis terhadap masalah-masalah sekecil apapun dalam masyarakat kita, yang mungkin saja berkontribusi terhadap masalah besar dari degradasi moral,social,budaya dan nasionalisme yang dialami bangsa kita saat ini.