Minggu, 17 April 2011

zzzzz....zzzzz

zzzz.....zzzzz....begitu suara dengkurnya terdengar...

dengan pulasnya dia tidur....
padahal hari sudah sangat siang...

2 tahun lalu

foto ini kira-kira dua tahun yang lalu di RK (ruang Khayal) yang kini telah pindah tempat. di foto ini RK, masih tempat yang lama namun sudah mengalami penggusuran karena ada pelebaran jalan.
waktu itu saya masih anggota baru. disitu ada k mimit, k bram, k subhan, k iwan, n k' ippank mereka bercerita tentang negara, lingkungan, kesenian, strategi pergerakan, dan lain-lain. dengan seksama saya menyimak cerita itu..........

Kilas Balik AMARAH (sejarah perjuangan Mahasiswa UMI Makassar)


KRONOLOGIS APRIL MAKASSAR BERDARAH 1996
AMARAH

Sejenak, mari memungut sejarah pedih satu demi satu kemudian menyusunnya tak menjadi menara gading.
Amarah sudah berusia satu dasawarsa, tapi seolah-olah masih menjadi artefak di dinding-dinding penjara ketidak-adilan dan disulam menjadi tirai emas para tiran.

03 April 1996
Berawal dari kebijakan pemerintah dan keluarnya SK MENHUB tentang kenaikan tarif angkutan umum yang ditindak-lanjuti dengan SK walikota Makassar no: 900 tahun 1996 tentang penyesuaian tarif angkutan kota di kota Makassar. Kebijakan itu sangat memberatkan dan membuat semakin terpuruknya ekonomi masyarakat, maka dari inilah muncul geliat-geliat mahasiswa Makassar dalam merespon kebijakan pemerintah yang sangat tidak memihak masyarakat. Geliat-geliat ini akhirnya berakibat digelarnya aksi demonstrasi besar-beasaran oleh mahasiswa Makassar.

Senin, 08 1996
Pukul 10.00 pagi
Sekitar 200an mahasiswa yang tergabung dalam forum Pemuda Indonesia Merdeka (FPIM) menggelar mimbar bebas di kampus UMI dan kemudian menuju ke DPRD tingkat I Sul-Sel untuk mengajukan memorandum pencabutan SK maut dari Gubernur no: 93/96 dan walikota no: 900 tahun 1996.

Senin, 22 1996
Pukul 10.00 pagi

FPIM kembali menggelar mimbar bebas di kampus UMI
Pukul 11.00 pagi
Terjadi insiden kecil antara mahasiswa dan pegawai gubernuran di kantor gubernur. 8 orang utusan FPIM keluar dari gubernuran tanpa mendapat hasil apa-apa
Pukul 12.00 siang
Di jalan Urip Sumoharjo mahasiswa UMI melakukan aksi bakar ban.

Selasa, 23 1996
Pukul 11.30 siang
Mahasiswa UMI menggelar aksi spontan dengan menahan mobil damri di jalan Urip Sumoharjo sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah.
Pukul 13.30 siang
Aparat keamanan dari kepolisian datang dan segera membentuk pagar betis.kemudian terjadi dialog antara mahasiswa dan pihak kepolisian. Tiba-tiba satu truk aparat keamanan dari Garnisun datang dan membentuk pagar betis di belakang aparat kepolisian dan mamaksa mahasiswa untuk mundur dan masuk kedalam kampus.
Hal ini dimamfaatkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab dan melakukan aksi pelemparan batu sehingga aparat keamanan merengsek dan menyerbu masuk ke dalam kampus sambil melakukan aksi pemukulan dan menembakkan gas air mata. Dan lebih tragisnya lagi, mereka melakukan penamparan dan mencaci-maki mahasiswi yang ada di depan Fak. Ekonomi. Mereka juga merusak berbagai fasilitas kampus serta ratusan kendaraan roda dua dan satu kendaraan roda empat. Batu melawan senjata, itulah gambaran perlawanan mahasiswa pada saat itu. Sekitar 20 orang mahasiswa ditangkap dan dipukuli sebelum diangkut.
Pukul 16.00 sore
Aparat keamanan mundur atas instruksi Kasdam VII Wirabuana Brigjen Pahrul Rosi dan mengadakan dialog dengan mahasiswa.
Mahasiswa kemudian menuntut pembebasan mahasiswa yang ditangkap sampai pukul 19.00 malam tanpa syarat.

Rabu, 24 April 1996
Pukul 10.00 pagi
Mahasiswa kembali melanjutkan aksi di depan kampus dengan menahan sebuah mobil pengangkut sampah sebagai bentuk kemarahan dari aksi masuk kampus dari aparat keamanan.
Pagi itu 2 orang anggota ABRI di hadang dan dipukuli oleh mahasiswa
Pukul 13.25 siang
Aparat keamanan dari kesatuan kavaleri tiba di depan pintu kampus lengkap dengan persenjataan dan tiga panser. Mereka kemudian masuk menyerang mahasiswa ke dalam kampus sementara mahasiswa mencoba menahan aparat masuk lebih jauh. Dalam suasana yang memanas, tiba-tiba ada yang melempar sebilah bambu yang berakibat masuknya aparat lebih dalam lagi.
Pukul 14.00 siang
Mahasiswa mengadakan rapat di auditorium Al-Jibra. Setelah itu sejumlah civitas akademika UMI melakukan dialog dengan aparat keamanan supaya membolehkan mahasiswa untuk pulang.
Pukul 15.50 sore
Aparat hanya mundur radius 3 meter di depan pintu kampus, bahkan mereka memukuli mahasiswa yang ingin pulang sehingga mereka lari dan kembali masuk kedalam kampus. Tidak hanya sampai di situ, mereka pun menyerang masuk dengan dua panser melalui pintu dua dan menembakkan gas air mata di halaman mesjid sehingga yang melaksanakan shalat Ashar harus lari karena tak sanggup menahan rasa pedih.
Mahasiswa yang berada di pintu satu mencoba menahan aparat dengan cara melempari dengan batu, tetapi bala bantuan datang dan sebuah panser masuk bersama sejumlah aparat bersenjata lengkap dan memaksa mahasiswa untuk mundur. Mereka menembak para mahasiswa bukan denagn tembakan peringatan tapi menembak untuk membunuh mahasiswa.
Mahasiswa terdesak dan sebagian menyelamatkan diri lari ke dalam laboratotium dan ratusan mahasiswa lari ke tepi sungai pampang. Aparat kemudian mengejar mahasiswa yang berada di tepi sungai pampang kemudian memukul dengan beringas. Sebagian mahasiswa mencoba menyelamatkan diri dengan cara menlompat ke sungai, tapi pada dasar sungai pampang terdapat Lumpur setinggi 1 meter dan kedalaman kurang lebih 4 meter dengan arus bawah yang deras. Mahasiswa yang berlindung di fakultas di tangkap, lalu dipukuli dan ada yang ditelanjangi (laki-laki).
Masyarakat yang tidak tega melihat kekejaman ini mencoba memahan aparat, tetapi mereka pun dipukuli dan ditangkap.
Pukul 17.40 sore
Aparat meninggalkan lingkungan kampus dan berjaga-jaga di depan kampus.
Pukul 18.00 sore
Masyarakat memberitahu mahasiswa yang selamat bahwa ada mahasiswa yang terjun ke sungai dan tak muncul-muncul.
Pukul 18.15 malam
Seorang mahasiswa tanpa identitas ditemukan sekarat dan dibawa ke RS 45. kemudian seorang mahasiswa tak bernyawa di temukan dengan posisi kepala sampai pinggul terbenam di Lumpur. Dia… adalah Saipul Bya, mahasiswa fak. Teknik Arsitektur angk. 94
Pukul 18.30
Praktis aparat keamanan menguasai kampus 100%. Mereka memaksa mahasiswa meninggalkan kampus.mereka yang keluar kemudia di caci-maki dan dilempari dengan batu. Aparat bermalam di kampus.
Kamis, 25 April 1996
Pukul 07.00 pagi
Mahasiswa berusaha masuk ke kampus dengan segala cara karena diyakini masih ada korban yang belum ditemukan
Pukul 08.15 pagi
Mahasiswa dan masyarakat mencari korban dengan cara menyelam




Pukul 09.00
Kembali seorang korban tak bernyawa di temukan dan ternyata dia adalah Andi Sultan Iskandar.
Pukul 12.45 WITA.-
Mayat disemayamkan di rumah sakit 45 dengan ambulance kecepatan lambat dan sekitar 100 mahasiswa berjalan kaki.
Pukul 13.00 WITA. Masyarakat menemukan lagi M. Tasrif dengan luka dibagian muka dan badannya. Korban di semayamkan di Rumah Sakit 45 dan menuju kerumah duka. Melewati kantor gubernuran dan melakukan tindakan anarkis. Membakar tiga kendaraan aparat keamanan dan menggulingkan tiga tiang listrik.
26 april 1996
Pukul 6.00
Aparat keamanan menguasai kampus, mahasiswa tidak bisa masuk kampus tidak ada aktifitas perkuliahan.

Identifikasi korban
 Syaiful bya, umur 21 tahun,mahasiswa teknik arsistektur umi 94 alamat, BTN paropo blok D 10/9 makassar meninggal disungai pampang, pada hari rabu 24 April 1996,. Pukul 18.15 malam dengan luka memar di bagian dada dan belakang seperti bekas pukulan. Di kebumikan, 25 april 1996 di gorontalo.

Andi Sultan Iskandar umur 21 tahun, mahasiswa fakultas ekonomi akuntansi, angkatan 1994.
Alamat jl. Sukariya 1 No.77 Makassar. Meninggal dengan luka pada dada bagian kiri bekas tusukan benda tajam. Wajah, jidat, kepala, dada dan punggung memar dan bengkak bekas pukulan benda keras.Jenasah dikebumikan di kuburan dadi Makassar pada hari jum’at 1996 pada pukul 13:00 WITA.

Tasrif, umur 21 tahun, mahasiswa fakultas ekonomi studi pembangunan, angkatan 1994. Alamat Jl. Tidung VII/Stp VII/No. 55 Perumnas Makassar. Dianiaya oleh militer dengan benda keras dan dibunuh kemudian ditenggelamkan di sungai pampang. Mayatnya ditemukan dengan luka bekas tusukan benda tajam pada leher sebelah kanan, pada wajah dan tubuhnya  terdapat luka memar dan bengkak


Macet...oh Macet...

                                                    
Lingkungan. (kemacetan Lalu-lintas)
Dhany Rupawan...

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.
Sebagai salah satu Negara berkembang, Indonesia memiliki banyak permasalahan social yang kompleks. mulai dari pertumbuhan penduduk yang tinggi, kesenjangan sosial, hingga kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan itu sendiri. Diantara banyak permasalahan itu adalah kemacetan. Masalah kemacetan telah merambah dibeberapa kota besar di indonesia. Salah satunya di Makassar yang kini merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan tingkat pembangunannya yang pesat. Untuk itu, kemacetan pun menjadi masalah yang tak dapat terhindarkan. Kini, kemacetan sudah menjadi santapan sehari-hari masyarakat makassar utamanya pada jam-jam kerja, kondisi inipun semakin meresahkan karena intensitasnya yang semakin tinggi
Masalah kemacetan di Makassar, disebabkan oleh beberapa faktor utama diantaranya :
- Budaya masyarakat makassar yang pada umumnya apatis terhadap aturan berlalu-lintas
- supir pete-pete yang parkir sembarang tempat ketika menunggu penumpang tanpa memperdulikan pengguna jalan di belakangnya
- pasar dan tempat-tempat perbelanjaan yang tidak mempunyai lahan parkir yang luas sehingga tak jarang badan jalan digunakan sebagai tempat parkir yang mengakibatkan penyempitan badan jalan tersebut.
- saluran air/drainase got yang kurang memadai di beberapa ruas jalan tertentu, sehingga jika hujan lebat turun, akan menyebabkan banjir di badan jalan.
- semakin banyaknya pengguna kendaraan pribadi (mobil dan motor)
- kurangnya jalur dan sarana transportasi alternatif

seniman Lukis Tanah Liat dari Makassar


"cerita ini tentang wawancara kami dengan seorang maestro lukis asal makassar. zainal beta namanya. seorang pelukis bergaya eksentrik dengan media unik yang digunakannya untuk melukis, menggairahkan kami untuk mengetahui bagaimana latar kehidupan sang maestro dan pengalaman spiritual yang dialaminya selama bergelut dengan dunia kesenian" DHANY RUPAWAN...


Pada suatu kesempatan, kami mengikuti workshop penelitian budaya dan kelompok kami, ditugaskan oleh pemetri utk membuat profl seniman Zainal Beta. Kegiatan ini merupkan sebuah simulasi penelitian dalam workshp penelitian yang kami ikuti. Kami pun mengatur waktu untuk bertemu orng yang dikmaksud. Pada hari jumat tanggal 30 juli 2010 , kami bersama-sama mengunjungi galeri zainal beta untuk pertama kalinya sekalian untuk memperkenalkan diri. Saat itu kami berempat dan menggunakan 2 motor. Kami sampai disana sektr pukul 16.00 , tanpa membuang waktu,  kami langsung saja ke gedung DKM. Tak sulit untuk menemukan tempatnya. Cukup masuk lewat pintu utama dan arahkan pandangan ke kiri. Gedungnya paling ujung  dengan tulisan DKM di dinding luarnya. Sesampai disana, terlhat zainal beta sedang bercerita dengan beerapa temannya, kmi tak ingn menggngu. Sembari menunggu, kami menyempatkan mengamati lukisan tanah liat hasil karya zaina beta, yang gambarnya banyak bercerita tentang budaya Makassar dan aktivitas2 masyrakat.
Setelah Nampak tak sibuk lagi, Saya menghampirinya dan mengucapkan salam sambil mengulurkan tangan. Saat itu Ia sementara menyusun bingkai2 kecil terbuat dari tripleks di atas mejanya. Dia menyambut dengan ramah dan mempersilahkan kami melihat-lihat galeri. Sembari melihat-lihat, kami merasa tertarik dengan media yang digunakannya dalam melukis maka kamipun menanyakan megapa ia menggunakan media tanah dalam melukis. Dan dengan santai dijawabnya “tanah gampang didapat dan ada dimana-mana. Tak perlu menghabiskan banyak uang untuk mendapatkannya. Saya juga berfikir, ketika suatu saat saya tidak mempunyai uang untuk membeli alat lukis, saya akan tetap melukis. Saya cinta melukis. untuk itu saya akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap melukis.
Dia orang yang santai dan terbuka. Kepada kami dia menceritakan masa kecilnya ketika mulai melukis. Katanya, dia lahir dalam lingkungan kesenian, keluarganya beberapa adalah seniman dan mulai melukis sejak SD namun,l iini tidak mendapat restu dari orang tuanya yang mengingikan dia fokus bersekolah. Orang tuanyapun tidak mau membiayai kebutuhan melukisnya namun ia mencintai lukisan dan aktifitasnya. Hingga ia berkata pada orang tuanya “ jangan keluarkan uang bapak dan ibu untuk membiayai saya melukis “ .kalimat inilah yang menjadi motivasinya untuk membuktikan pada kedua orang tuanya kalau ia mampu hidup dan mendapatkan uang dengan melukis.
Disamping bercerita tentang pengalaman hidupnya, Dia juga memberi pandangan tentang pemerintah saat ini, yang kurang memperhatikan kebudayaan dan seniman2nya, menurutnya, saat ini orang yang duduk di kursi pemerintahan,duduk bukan pada kursi yang sesuai  dengan kemampuan akademik yang dimilikinya sehingga hasilnya kebijakan dan program2 yang di keluarkan tidak mampu meningkatkan kualitas kesenian di makasaar. Namun sebagai seorang kreatif, tidak seharusnya mengemis dan meminta perhatian dari pemerintah, menurutnya berkaryalah terus dan buktikan kalau kita bisa hidup dengan hasil karya kita.
Cukup lama kami beridskusi dan bercerita. Ketika menjelang maghrib, kamipun memutuskan untuk pamit. Pertemuan pertama ini telah memberi kami pengethuan dan data awal tentang Zainal Beta, seorang pelukis tanah liat.  Dari data awal tersebut,  kami menganalisisnya dan  Kami menemukan Hal-hal menarik yang ingin kami telusuri lebih jauh.
Esoknya Sabtu, tanggal 31 juli 2010, kami mengikuti hari pertama workshop penelitian. Sbelumnya memang kami telh ditugaskan untuk bertemu dan mendapatka data awal dengan calon informan. Dan itub telah kami lakukan kemarin. Hari ini pemateri menjelaskan tentang bagaimana sebuah penelitian budaya. Setelah itu, kami disuruh mempersentasekan hasil observasi dan pengambilan data Awal yang telah kami lakukan dengan calon informan. Kami terbagi dalam tiga kelompok, ada yang mencari data tentang  komunitas kandobuleng Bapa Aca di paropo, Shinta febrianty sutradara teater, dan kelompok kami pelukis tanah liat Zainal Beta. Pemateri menjelaskan kepada kami untuk mencarihal menarik dari data awal yang kami dapat dan untuk kemudian ditelusuri lebih lanjut. Kelompok kami menganggap  bahwa hal menarik dari seorang zaina beta sebagai seorang pelukis adalah sebuah penemuan media tanah sebagai media dalam melukis.
Minggu 1 agustus 2010, kami kembali  lagi menemui Zainal beta. Kami berkumpul di secret UKM Seni UMI, dan berangkat pada pukul 15. 40 sore. Saat itu kami berangkat 3 orang. Dua orang teman saya adalah cewek. Krea tidak ada motor saat itu, maka  kami menggunakan pete-pete kesana. Kami tiba di benteng rottedam, tepat pukul 16.00. kebetulan disana lagi ramai karena sementra persiapan untuk acara Jazz @ Rottrdam. Di halaman depan gedung DKM kami melihat Zainal beta sedang berdiskusi dengan beberapa orang. Sembari menunggu, saya mengamati persiapan utuk konser Jazz sambil menyiapkan daftar pertanyaan untuk ditayakan nantinya. Sementara dua teman saya sibuk photo2.
Pukul 16.20, saya mengajak teman-teman untuk ke DKM di benteng rotterdam. K enal (begitu kami memanggilnya) menyambut kami dengan ramah, kami meyapa dan bersalaman dengannya dan tiga orang teman k enal saat itu. Saat itu kak enal sedng berdiskusi hangat dengan tiga temannya, kami tak ingin menggangu kami pun masuk kedalam dan bertemu dengan beberapa teman yang telah kami kenal sebelumnya saat datang pertama di DKM, dua hari yang lalu. Kami pun bercerita-cerita bebas sambil menunggu k enal.
Setelah teman cerita k enal diluar telah pulang,  k enal masuk ke dalam dan ikut bergabung dan bercanda bersama kami. suasana keakraban mulai terasa saat itu. Memang dia orangnya ramah dan humoris.  Saya pun beranjak dari tempat  duduk dan meghampiri k enal kemudian menyampaikan maksud dan tujuan saya datang.  Saya pun meminta waktunya untuk wawancara dia pun dengan senag hati menerima kami dan mengajak kami ke bernda lantai dua DKM, tempat yang tenang agar kami dapat melakukan wawancara dengan santai dan nyaman karena saat itu di lantai bawah ramai orang dan gaduh.
Saya pun meminta k enal untuk menceritakan bagaimana cerita sehingga dia menemukan tanah sebagai media lukisannya. Dia pun mulai bercerita. Ketika pada awal tahun 80an, dia dipilih oleh gurunya , untuk menjadi utusan sanggar ujungpandang mengikuti pameran lukisan se-sulsel. Saat itu, bapak beranak empat ini, masih  berumur 20 tahun. Yang menjadi masalah saat itu adalah ia tak punya uang untuk membeli cat dan kanvas, dan ia pun malu untuk meminta uang kepada orangtanya  karena telah berjanji tidak akan meminta pada orangtuanya, uang untuk melukis. Memang sebelumnya sejak tahun 1977-1979 ia masih melukis dengan menggunakan cat dan kanvas.
Kisahnya, Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan naik  sepeda di jalan vetran sekitr daerah ujung Onta lama. Saat itu jalan vetran sedang dalam proses pengerjaan. Saat itu hujan dan dia  membawa tiga buah kertas lukis tiba-tiba kertas lukisnya jatuh di tanah yang becek. dia pun berhenti dan mengambil kertas lukisnya. dia melihat kertas tersebut sudah sangat kotor oleh tanah yang becek. dia pun menyapukan tangan saya di atas kertas tersebut dengan maksud untuk membersihkannya. Namun kok tiba-tiba ada gambar rumah. dia pun heran bercampur takjub. Dan mengambil kembali kertas yang lain dan kembali menyapukan tangannya, dan muncul gambar kapal. dia semakin bingung dan heran. Terus dia mengambil lagi keras terakhir dan di sapukan lagi tangannya dan nampak gambar rumah. Dalam hati dia terus berpikir, Pasti saya sudah gila atau saya sedang bermimpi... katanya sambil menepukkan telapak tangannya di dahinya. k enal terlihat sangat asyik bercerita saat itu dan dia terkadang mempraktekkan ekspresi2 yang di alaminya saat mendapat keanehan itu. Di sela-sela cerita itu terkadang kami tertawa bersama menikmati seru ceritanya.
Dia pun melanjutkan ceritanya. Saat pulang dia membawa kertas-kertas itu. Dan Setiba dirumah langsung di keringkan dan ternyata lukisannya tidak rusak. Esoknya dia kembali lagi dan megambil kembali lag tanah tersebut dan mulai mengeksperimen teknik melukis dan terus menerus melukis dengan tannah liat. Selama tiga bulan, dia melakukan hal tersbut dan menghasilkan 60 buah lukisan. Saat itu lukisan tanah liatnya masih menggunakan tangan saja.
Ada juga cerita saat ia menemukan bambu sebagai alat bantunya dalam melukis. menurut ceritanya, ketika dia sedang megeringkan lukisannya yag baru saja jadi, tanpa sengaja ada sepotong kayu yang jatuh mengenai lukisannya yang masih basah, dan ketika diangkat, potongan kayu itu meninggalkan corak yang bagus di lukisannya. Inilah menurutnya awal inspirasinya memakai bambu sebagai alat bantunya mengukir lukisannya di atas tanah liat. 
Sehingga berdasarkan pengalaman dan proses penemuannya yang berawal dari kesalahan dan ketidaksengajaan, maka K enal berpean kepada kami, ketika melakukan sebuah kesalahan, jangan langsung di hapus dan disalahkan, tetapi coba lihat efek yang dihasilkannya. Mungkin saja setelah melakukan proses pencarian, kita temukan ada  kebaikan di baliknya. Karena Allah punya banyak rahasia-rahasia yang tidak diketahui oleh ummatnya.
Zainal beta sangat mengagumi Afandi sebagai seorang pelukis ekspresionis dan Basuki abdullah sebagai seorang pelukis realis. Sehingga pada suatu kesempatan ia mengikuti pameran lukisan di Taman Ismail Marzuki di Jakarta, dan Affandi sangat tertarik dengan lukisan karya zainal beta dan Affandi mendatanginya untuk mengungkapkan ketertarikannya dengan karya lukisannya yang unik. Affandi sempat berpesan padanya agar tetap berkesenian di makassar dan jangan tinggalkan makassar karena makassar sangat membutuhkanmu. Begitupun ketika kembali makassar, kedua orang tuanya melihat zainal beta telah terkenal dan mendapatkan uang dari lukisannya, maka orang tuanya  berpesan agar  tetaplah melukis namun  jangan tinggalkan makassar.
Pernah juga, ketika tahun 1981, dia ditawari  untuk menjadi tenaga pengajar di Universitas California dan dijanjikan dalam 10 tahun akan mendapat gelar professor  namun dengan syarat harus mampu menciptakan pelukis2 tanah liat di Amerika. Tentunya kalau dia  berpikiran hanya ingin kaya dan mendapatkan uang banyak, pastilah dia telah mengamini tawaran tersebut. Namun tawaran ini ditolaknya karena telah berjanji pada orang tuanya dan Affandi untuk tidak meninggalkan makassar. Dan memang di sangat mencintai makassar sebagai tanah kelahirannya.
Ketika mengamati karya lukisnya, Kebanyakan bercerita tentang kehidupan masyarakat Sulawesi, hasil kebudayaan2 sulawesi seperti rumah adat, kapal, tari-tarian adat, dll. Di samping alat dan media yang digunakan, Ia juga memiliki gaya tersendiri ketika melukis dan membedakannya dengan pelukis2 lain. Dia juga termasuk pelukis yang sangat cepat. Terbukti ketika saya menyaksikan langsung performance lukis yang dilakukannya di sebuah acara yang diselenggarakan oleh BaKTI. Dan memang tak lebih dari lima menit dia dapat menyelesaikan satu buah lukisan. Menurutnya memang melukis dengan tanah liat harus cepat karena tanah liat cepat kering untuk itu membutuhkan kelincahan tersendiri yang tentunya melalui proses yang panjang untuk menemukan tekniknya.  Kanvas yang digunakannya pun sedikit berbeda dengan yang lain,warnanya kuning pucat. Dan ketika saya bertanya tentang kanvas, dia mengatakan itu adalah rahasia dan tak bisa dipublikasikan.  Dia memulai melukis dengan mencelupkan tangannya ke salah satu dari beberapa wadah yang berisi tanah liat yang berbeda2 warna dan strukturnya. kemudian dia menyapukan tangannya ke kanvas membentuk lekukan2 yang kemudian diukir dan dipertajam garis2nya membentuk gambar dengan mengunakan bilah bambu yang berukuran sekitar 4 cm. seolah2 menari, sangat lincah dia menarikan tanganya di atas kanvas, dan tak cukup lima menit satu lukisan telah jadi.
Setiap saat ia terus bereksperimen dengan lukisannya, mulai dari alatnya hingga tanah liat yang digunakannya. Saat ini tanah yang digunakannya dalam melukis berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari daerah pangkep, blukumba, barru, jeneponto, dll.  karena tiap daerah memliki warna dan struktur yang berbeda yang ketika disatukan dalam sebuah lukisan akan menghasilkan perpaduan yang menarik. Untuk mendapatkan tanah yang baik tak jarang dia melakukan perjalanan yang jauh ke daerah2 pelosok pedalaman. disitu Ia melakuka pengamatan terhadap tanah di daerah yang di kunjunginya dan hasilnya dia mendapatkan kenaekaragaman warna dan struktur. Zainal beta mempunyai sebuah keinginan ketika suatu saat dapat mempersatukan nusantara dalam sebuah lukisan. Yah tentunya dengan mengumpulkan tanah-tanah yang berasal dari setiap daerah di indonesia. Dan cita-cita ini masih dalam proses penggarapan dan tentunya membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Ada sebuah kalimat yang menurutnya menjadi pegangan dalam hidupnya yaitu “ Terciptanya segala sesuatu dengan Cinta” . baginya kalimat itu merupakan mantra dan kunci pembuka segala sesuatu tujuan. artinya, jika kita melakukan segalanya dengan cinta insya Allah akan terwujud. ini dibuktikannya dengan menjadi seorang pelukis besar, karena sejak kecil ia mencintai lukisan dan terus berusaha agar suatu saat bisa menjadi terkenal meskipun hal ini tidak mendapat dukungan dari orang tuanya namun tetap ia berusaha dan berproses mewujudkan cita-citanya. Bahkan ia mengaku tidak mencinta bangku pendidikan. Ia sekolah hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Hasilnya selama bersekolah dia sering memberontak terhadap aturan2 dengan membiarkan rambutnya gondrong dan malas masuk kelas. saat SMA terhitung Lima kali pindah sekolah dan itupun tidak ditamatkannya. Pendidikannya hanya sebatas SMP. Sangat simpel ketika di tanya tentang hal ini. Jawabannya adalah karena dia tidak cinta terhadap hal itu..
Namun apa yang dialaminya semasa muda tentunya tidak diinginkan terjadi pada empat anaknya. Dia mendidik anaknya untuk mencintai pendidikan dan rajin belajar. Dia sering membantu anaknya mengerjakan tugas2 sekolah. Dia tidak pernah marah ketika anaknya mendapat nilai rendah di sekolah melankan memotivasi untuk belajar dan berproses kembali  sehingga mampu menemukan sendiri jawaban atas kesalahannya. Karena ia sangat meyakini dibalik sebuah kesalahan, pasti ada kebaikan.

Sabtu, 16 April 2011

resensi "Hujan Januari"

ada sebuah kisah tentang hujan januari...
kisah itu bercerita tentang seorang seniman kampus yang jatuh cinta pada seorang wanita muslimah. cinta itu bersemi di kampus UMI (universitas muslim indonesia), makassar. perjumpaannya diawali ketika keduanya berpapasan di pelataran kampus. getar-getar cinta seketika mulai berdetak.
musim hujan saat itu seolah mempertemukan mereka kembali. payung merah dan halte depan kampus mengantar mereka saling mengikat rasa.
hari demi hari indah berlalu, hingga tiba saat dhany ingin mengatakan cinta lewat surat yang ditulisnya.
namun, ternyata impian itu tak semudah yang dibayangkan. halangan dan rintangan semakin menguji rasa cinta itu... kemanakah akhir cinta itu berlabuh...???
untuk menyimak ceritanya, saksikan vidionya di Link Berikut :
Hujan Januari I : http://www.youtube.com/watch?v=7zkvSQEMLNM
Hujan Januari II : http://www.youtube.com/watch?v=Oozz43-mGpg
Hujan Januari III : http://www.youtube.com/watch?v=GgHbjzKWU38

Hujan-hujanku....

aku memenggilnya Hujan Januari....

Boneka Tarung

yah...mungkin kayak gini kondisi mahasiswa sekarang. saya menggambarkannya ada tangan raksasa sang pemilik kepentingan yang tentunya punya modal yang menjadikan mahasiswa sebagai "boneka tarung" untuk mewujudkan kepentingannya.

BAD TRAFFIC CULTURE

ini adalah gambar Rancangan Instalasi yang judulnya " Bad Traffic Culture" ataua dapat diartikan budaya buruk berlalu lintas.
ide karya ini berangkat dari masalah kemacetan yang telah menjadi santapan sehari-hari masyarakat indonesia umumnya dan makassar khususnya. berdasarkan hasil riset yang kami lakukan dibeberapa titik macet, kami menemukan sebagian besar penyebab kemacetan di makassar disebabkan oleh budaya apatis dan individual masyarakat sehingga tak mematuhi peraturan dan rambu-rambu lalu lintas yang ada.
Dhany Rupawan

doa dalam botol

Ironi

Senin, 11 April 2011

Hari Bumi (earth day)

Hari Bumi (Earth Day) 22 April pertama kali dicanangkan John McConnel, seorang profesor sekaligus aktivis lingkungan, pada 1 Maret 1970, setelah proposal tentang aktivitas penyadaran atas nasib bumi yang ia ajukan pada pemerintah daerah San Fransisco disetujui pemerintah daerah setempat.


Proposal McConnel ternyata menarik perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hingga akhirnya diminta sebagai proposal penyelamatan bumi sedunia. Sekretaris Jenderal PBB saat itu, U Thant, mengusulkan hari peringatan tahunan yang dijadikan momen bagi seluruh umat manusia sedunia untuk berpikir kembali tentang nasib bumi. Peringatan itu disertai berbagai aktivitas penyelamatan kondisi bumi yang makin memburuk, yang dilakukan secara serentak di seluruh dunia. Sang profesor langsung menawarkan 21 Maret sebagai Hari Bumi.
Argumentasi McConnel didasari pada kenyataan ilmiah, bahwa untuk memikirkan nasib bumi seharusnya ada pada hari pertama proses alam dalam bumi dimulai. McConnel mendasarkan analisanya pada peristiwa-peristiwa alam dari sejarah yang disepakati umat manusia sedunia. Terbukti pada 21 Maret berlangsungnya siang (saat matahari bersinar) dan malam (saat matahari terbit di sisi bumi lainnya) mempunyai durasi yang sama 12 jam.
Tanggal tersebut juga hari pertama dimulainya musim semi, musim yang dipercayai banyak budaya sebagai awal dari kehidupan. Ide 21 Maret yang dilatarbelakangi niat pelurusan kembali fakta sejarah tentang alam ini belakangan justru kembali ‘dibelokkan’. Tidak jauh berbeda dengan sistem penanggalan kuno yang dari Maret bergeser ke Januari itu, “Hari Bumi” pun kemudian dirayakan setiap 22 April.

AFFANDI..sang Maestro

 
Tentang Affandi

Affandi lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 1907. Tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Ayahnya yang bernama R. Koesoema adalah seorang mantri ukur pada pabrik gula di Ciledug. Affandi menempuh pendidikan terakhir AMS-B di Jakarta. Pada umur 26 tahun, tepatnya pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika.
    
Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis. Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerjasama saling membantu sesama pelukis.
    
Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai --yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur-- memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.
    
Sebelum dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan Bung Karno dan Bung Hatta, Affandi aktif membuat poster-poster perjuangan untuk membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia terhadap kaum kolonialisme Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan pelukis dan seniman lain yang tergabung dalam Seksi Kebudayaan Poetera, antara lain: S. Soedjojono, Dullah, Trubus, dan Chairil Anwar. Selanjutnya, Affandi memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta dan mendirikan perkumpulan "Seniman Masyarakat" 1945. Perkumpulan ini akhirnya menjadi "Seniman Indonesia Muda" setelah S. Soedjojono juga pindah ke Yogyakarta. Pada tahun 1947, Affandi mendirikan "Pelukis Rakyat" bersama Hendra Gunawan dan Kusnadi, untuk memberikan kesempatan belajar kepada angkatan muda yang haus mendapatkan pendidikan dan praktek seni lukis. Lalu pada tahun 1948, Affandi pindah kembali ke Jakarta dan turut mendirikan perkumpulan "Gabungan Pelukis Indonesia".
    
Tidak lama setelah itu, yaitu pada tahun 1949, Affandi mendapat Grant dari pemerintah India dan tinggal selama 2 tahun di India. Di sana, Affandi melakukan aktivitas melukisnya dan juga mengadakan pameran di kota-kota besar hingga tahun 1951 di India. Selanjutnya, Affandi mengadakan pameran keliling di negara-negara Eropa, diantaranya London, Amsterdam, Brussel, Paris dan Roma. Affandi juga ditunjuk oleh pemerintah Indonesia untuk mewakili Indonesia dalam pameran Internasional (Biennale Exhibition) tiga kali berturut-turut, yaitu di Brasil (1952), di Venice (Italia - 1954), dan di Sao Paulo (1956). Di Venice, Italia, Affandi berhasil memenangkan hadiah.

Seni Rupa Tadisional, Modern dan Kontemporer

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

1.      SENI RUPA TRADISIONAL
Pengertian
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Seni tradisional yang ada di suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, meski pun tidak menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah yang berdekatan.
Ciri-ciri
-           Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial/istanasentris.
-          Terikat dengan pakem-pakem tertentu.
Contoh
Wayang kulit, wayang golek, wayang beber, ornamen pada rumah-rumah tradisional di tiap daerah, batik, songket, dan lain-lain.
2.      SENI RUPA MODERN
Pengertian
Seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu adat atau daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa.
Ciri-ciri
-          Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi , tetapi jangkauan penjabaran visualisasinya tidak terbatas.
-          Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu.
Contoh
Lukisan-lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman, Basuki Abdullah, Affandi, S.Soedjojono dan pelukis era modern lainnya.
Seniman
Raden Saleh Syarif Bustaman, Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi, Wahid Somantri, Agus Jaya Suminta, S. Soedjojono, Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, dan Emira Sunarsa.
3.      SENI RUPA KONTEMPORER
Pengertian
Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern.
Ciri-ciri
-          Tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman.
-          Tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik.
Contoh
Karya-karya happening art, karya-karya Christo dan berbagai karya enviromental art.
Seniman
Gregorius Sidharta, Christo, dan Saptoadi Nugroho.

Seni Instalasi

SENI INSTALASI
Seni Instalasi adalah sebuah cabang seni rupa selain lukisan grafis dan patung yang belum begitu banyak dikenal oleh kalangan awam. Seni Instalasi yang tergolong karya seni rupa tiga dimensi ini banyak  juga disertakan dalam pameran seni rupa di space-space seni.
Pengertian Seni Instalasi
Seni instalasi (installation = pemasangan) adalah seni yang memasang, menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. Biasanya makna dalam persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini.
Seni instalasi dalam konteks visual merupakan perupaan yang menyajikan visual tiga dimensional yang memperhitungkan elemen-elemen ruang, waktu, suara, cahaya, gerak dan interaksi spektator (pengunjung pameran) sebagai konsepsi akhir dari olah rupa.
(dikutip dari wikipedia)

RADEN SALEH

Maestro Lukis Indonesia….RADEN SALEH
Raden Saleh Sjarif Boestaman lahir pada 23 April1880 adalah salah seorang pelukis paling terkenal dari Indonesia.
Sejarah hidup sang maestro
Masa kecil
Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda atasannya di Batavia. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School).
Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia-Belanda. Seorang kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J. Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami seni lukis Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang disinggahi.
Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke Belanda. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen yang memerintah waktu itu (1819-1826), setelah ia melihat karya Raden Saleh.
Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Capellen membiayai Saleh belajar ke Belanda. Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu. Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.
Belajar ke Eropa
Semasa belajar di Belanda keterampilannya berkembang pesat. Wajar ia dianggap saingan berat sesama pelukis muda Belanda yang sedang belajar. Para pelukis muda itu mulai melukis bunga. Lukisan bunga yang sangat mirip aslinya itu pun diperlihatkan ke Raden Saleh. Terbukti, beberapa kumbang serta kupu-kupu terkecoh untuk hinggap di atasnya. Seketika keluar berbagai kalimat ejekan dan cemooh. Merasa panas dan terhina, diam-diam Raden saleh menyingkir.
Ketakmunculannya selama berhari-hari membuat teman-temannya cemas. Muncul praduga, pelukis Indonesia itu berbuat nekad karena putus asa. Segera mereka ke rumahnya dan pintu rumahnya terkunci dari dalam. Pintu pun dibuka paksa dengan didobrak. Tiba-tiba mereka saling jerit. "Mayat Raden Saleh" terkapar di lantai berlumuran darah. Dalam suasana panik Raden Saleh muncul dari balik pintu lain. "Lukisan kalian hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu, tetapi gambar saya bisa menipu manusia", ujarnya tersenyum. Para pelukis muda Belanda itu pun kemudian pergi.
Itulah salah satu pengalaman menarik Raden Saleh sebagai cermin kemampuannya. Dua tahun pertama ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan dari Andries Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang Belanda saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan.
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "wis-, land-, meet- en werktuigkunde (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara Menteri Jajahan, Raja Willem I (1772-1843), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
Saat pemerintahan Raja Willem II (1792-1849) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya Dresden, Jerman. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke Weimar, Jerman (1843). Ia kembali ke Belanda tahun 1844. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh romantisme Ferdinand Victor Eugene Delacroix (1798-1863), pelukis Perancis legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.
Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari 1848 di Paris, yang mau tak mau memengaruhi dirinya. Dari Perancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, Horace Vernet, ke Aljazair untuk tinggal selama beberapa bulan di tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: Austria dan Italia. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun 1851 ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.
Kembali ke Hindia
Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga keraton dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Keraton Solo.
Di Batavia ia tinggal di rumah di sekitar Cikini. Gedungnya dibangun sendiri menurut teknik sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pelukis. Sebagai tanda cinta terhadap alam dan isinya, ia menyerahkan sebagian dari halamannya yang sangat luas pada pengurus kebun binatang. Kini kebun binatang itu menjadi Taman Ismail Marzuki. Sementara rumahnya menjadi Rumah Sakit Cikini, Jakarta.
Tahun 1875 ia berangkat lagi ke Eropa bersama istrinya dan baru kembali ke Jawa tahun 1878. Selanjutnya, ia menetap di Bogor sampai wafatnya pada 23 April 1880 siang hari, konon karena diracuni pembantu yang dituduh mencuri lukisannya. Namun dokter membuktikan, ia meninggal karena trombosis atau pembekuan darah.
Tertulis pada nisan makamnya di Bondongan, Bogor, "Raden Saleh Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wolanda". Kalimat di nisan itulah yang sering melahirkan banyak tafsir yang memancing perdebatan berkepanjangan tentang visi kebangsaan Raden Saleh.