Minggu, 17 April 2011

seniman Lukis Tanah Liat dari Makassar


"cerita ini tentang wawancara kami dengan seorang maestro lukis asal makassar. zainal beta namanya. seorang pelukis bergaya eksentrik dengan media unik yang digunakannya untuk melukis, menggairahkan kami untuk mengetahui bagaimana latar kehidupan sang maestro dan pengalaman spiritual yang dialaminya selama bergelut dengan dunia kesenian" DHANY RUPAWAN...


Pada suatu kesempatan, kami mengikuti workshop penelitian budaya dan kelompok kami, ditugaskan oleh pemetri utk membuat profl seniman Zainal Beta. Kegiatan ini merupkan sebuah simulasi penelitian dalam workshp penelitian yang kami ikuti. Kami pun mengatur waktu untuk bertemu orng yang dikmaksud. Pada hari jumat tanggal 30 juli 2010 , kami bersama-sama mengunjungi galeri zainal beta untuk pertama kalinya sekalian untuk memperkenalkan diri. Saat itu kami berempat dan menggunakan 2 motor. Kami sampai disana sektr pukul 16.00 , tanpa membuang waktu,  kami langsung saja ke gedung DKM. Tak sulit untuk menemukan tempatnya. Cukup masuk lewat pintu utama dan arahkan pandangan ke kiri. Gedungnya paling ujung  dengan tulisan DKM di dinding luarnya. Sesampai disana, terlhat zainal beta sedang bercerita dengan beerapa temannya, kmi tak ingn menggngu. Sembari menunggu, kami menyempatkan mengamati lukisan tanah liat hasil karya zaina beta, yang gambarnya banyak bercerita tentang budaya Makassar dan aktivitas2 masyrakat.
Setelah Nampak tak sibuk lagi, Saya menghampirinya dan mengucapkan salam sambil mengulurkan tangan. Saat itu Ia sementara menyusun bingkai2 kecil terbuat dari tripleks di atas mejanya. Dia menyambut dengan ramah dan mempersilahkan kami melihat-lihat galeri. Sembari melihat-lihat, kami merasa tertarik dengan media yang digunakannya dalam melukis maka kamipun menanyakan megapa ia menggunakan media tanah dalam melukis. Dan dengan santai dijawabnya “tanah gampang didapat dan ada dimana-mana. Tak perlu menghabiskan banyak uang untuk mendapatkannya. Saya juga berfikir, ketika suatu saat saya tidak mempunyai uang untuk membeli alat lukis, saya akan tetap melukis. Saya cinta melukis. untuk itu saya akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap melukis.
Dia orang yang santai dan terbuka. Kepada kami dia menceritakan masa kecilnya ketika mulai melukis. Katanya, dia lahir dalam lingkungan kesenian, keluarganya beberapa adalah seniman dan mulai melukis sejak SD namun,l iini tidak mendapat restu dari orang tuanya yang mengingikan dia fokus bersekolah. Orang tuanyapun tidak mau membiayai kebutuhan melukisnya namun ia mencintai lukisan dan aktifitasnya. Hingga ia berkata pada orang tuanya “ jangan keluarkan uang bapak dan ibu untuk membiayai saya melukis “ .kalimat inilah yang menjadi motivasinya untuk membuktikan pada kedua orang tuanya kalau ia mampu hidup dan mendapatkan uang dengan melukis.
Disamping bercerita tentang pengalaman hidupnya, Dia juga memberi pandangan tentang pemerintah saat ini, yang kurang memperhatikan kebudayaan dan seniman2nya, menurutnya, saat ini orang yang duduk di kursi pemerintahan,duduk bukan pada kursi yang sesuai  dengan kemampuan akademik yang dimilikinya sehingga hasilnya kebijakan dan program2 yang di keluarkan tidak mampu meningkatkan kualitas kesenian di makasaar. Namun sebagai seorang kreatif, tidak seharusnya mengemis dan meminta perhatian dari pemerintah, menurutnya berkaryalah terus dan buktikan kalau kita bisa hidup dengan hasil karya kita.
Cukup lama kami beridskusi dan bercerita. Ketika menjelang maghrib, kamipun memutuskan untuk pamit. Pertemuan pertama ini telah memberi kami pengethuan dan data awal tentang Zainal Beta, seorang pelukis tanah liat.  Dari data awal tersebut,  kami menganalisisnya dan  Kami menemukan Hal-hal menarik yang ingin kami telusuri lebih jauh.
Esoknya Sabtu, tanggal 31 juli 2010, kami mengikuti hari pertama workshop penelitian. Sbelumnya memang kami telh ditugaskan untuk bertemu dan mendapatka data awal dengan calon informan. Dan itub telah kami lakukan kemarin. Hari ini pemateri menjelaskan tentang bagaimana sebuah penelitian budaya. Setelah itu, kami disuruh mempersentasekan hasil observasi dan pengambilan data Awal yang telah kami lakukan dengan calon informan. Kami terbagi dalam tiga kelompok, ada yang mencari data tentang  komunitas kandobuleng Bapa Aca di paropo, Shinta febrianty sutradara teater, dan kelompok kami pelukis tanah liat Zainal Beta. Pemateri menjelaskan kepada kami untuk mencarihal menarik dari data awal yang kami dapat dan untuk kemudian ditelusuri lebih lanjut. Kelompok kami menganggap  bahwa hal menarik dari seorang zaina beta sebagai seorang pelukis adalah sebuah penemuan media tanah sebagai media dalam melukis.
Minggu 1 agustus 2010, kami kembali  lagi menemui Zainal beta. Kami berkumpul di secret UKM Seni UMI, dan berangkat pada pukul 15. 40 sore. Saat itu kami berangkat 3 orang. Dua orang teman saya adalah cewek. Krea tidak ada motor saat itu, maka  kami menggunakan pete-pete kesana. Kami tiba di benteng rottedam, tepat pukul 16.00. kebetulan disana lagi ramai karena sementra persiapan untuk acara Jazz @ Rottrdam. Di halaman depan gedung DKM kami melihat Zainal beta sedang berdiskusi dengan beberapa orang. Sembari menunggu, saya mengamati persiapan utuk konser Jazz sambil menyiapkan daftar pertanyaan untuk ditayakan nantinya. Sementara dua teman saya sibuk photo2.
Pukul 16.20, saya mengajak teman-teman untuk ke DKM di benteng rotterdam. K enal (begitu kami memanggilnya) menyambut kami dengan ramah, kami meyapa dan bersalaman dengannya dan tiga orang teman k enal saat itu. Saat itu kak enal sedng berdiskusi hangat dengan tiga temannya, kami tak ingin menggangu kami pun masuk kedalam dan bertemu dengan beberapa teman yang telah kami kenal sebelumnya saat datang pertama di DKM, dua hari yang lalu. Kami pun bercerita-cerita bebas sambil menunggu k enal.
Setelah teman cerita k enal diluar telah pulang,  k enal masuk ke dalam dan ikut bergabung dan bercanda bersama kami. suasana keakraban mulai terasa saat itu. Memang dia orangnya ramah dan humoris.  Saya pun beranjak dari tempat  duduk dan meghampiri k enal kemudian menyampaikan maksud dan tujuan saya datang.  Saya pun meminta waktunya untuk wawancara dia pun dengan senag hati menerima kami dan mengajak kami ke bernda lantai dua DKM, tempat yang tenang agar kami dapat melakukan wawancara dengan santai dan nyaman karena saat itu di lantai bawah ramai orang dan gaduh.
Saya pun meminta k enal untuk menceritakan bagaimana cerita sehingga dia menemukan tanah sebagai media lukisannya. Dia pun mulai bercerita. Ketika pada awal tahun 80an, dia dipilih oleh gurunya , untuk menjadi utusan sanggar ujungpandang mengikuti pameran lukisan se-sulsel. Saat itu, bapak beranak empat ini, masih  berumur 20 tahun. Yang menjadi masalah saat itu adalah ia tak punya uang untuk membeli cat dan kanvas, dan ia pun malu untuk meminta uang kepada orangtanya  karena telah berjanji tidak akan meminta pada orangtuanya, uang untuk melukis. Memang sebelumnya sejak tahun 1977-1979 ia masih melukis dengan menggunakan cat dan kanvas.
Kisahnya, Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan naik  sepeda di jalan vetran sekitr daerah ujung Onta lama. Saat itu jalan vetran sedang dalam proses pengerjaan. Saat itu hujan dan dia  membawa tiga buah kertas lukis tiba-tiba kertas lukisnya jatuh di tanah yang becek. dia pun berhenti dan mengambil kertas lukisnya. dia melihat kertas tersebut sudah sangat kotor oleh tanah yang becek. dia pun menyapukan tangan saya di atas kertas tersebut dengan maksud untuk membersihkannya. Namun kok tiba-tiba ada gambar rumah. dia pun heran bercampur takjub. Dan mengambil kembali kertas yang lain dan kembali menyapukan tangannya, dan muncul gambar kapal. dia semakin bingung dan heran. Terus dia mengambil lagi keras terakhir dan di sapukan lagi tangannya dan nampak gambar rumah. Dalam hati dia terus berpikir, Pasti saya sudah gila atau saya sedang bermimpi... katanya sambil menepukkan telapak tangannya di dahinya. k enal terlihat sangat asyik bercerita saat itu dan dia terkadang mempraktekkan ekspresi2 yang di alaminya saat mendapat keanehan itu. Di sela-sela cerita itu terkadang kami tertawa bersama menikmati seru ceritanya.
Dia pun melanjutkan ceritanya. Saat pulang dia membawa kertas-kertas itu. Dan Setiba dirumah langsung di keringkan dan ternyata lukisannya tidak rusak. Esoknya dia kembali lagi dan megambil kembali lag tanah tersebut dan mulai mengeksperimen teknik melukis dan terus menerus melukis dengan tannah liat. Selama tiga bulan, dia melakukan hal tersbut dan menghasilkan 60 buah lukisan. Saat itu lukisan tanah liatnya masih menggunakan tangan saja.
Ada juga cerita saat ia menemukan bambu sebagai alat bantunya dalam melukis. menurut ceritanya, ketika dia sedang megeringkan lukisannya yag baru saja jadi, tanpa sengaja ada sepotong kayu yang jatuh mengenai lukisannya yang masih basah, dan ketika diangkat, potongan kayu itu meninggalkan corak yang bagus di lukisannya. Inilah menurutnya awal inspirasinya memakai bambu sebagai alat bantunya mengukir lukisannya di atas tanah liat. 
Sehingga berdasarkan pengalaman dan proses penemuannya yang berawal dari kesalahan dan ketidaksengajaan, maka K enal berpean kepada kami, ketika melakukan sebuah kesalahan, jangan langsung di hapus dan disalahkan, tetapi coba lihat efek yang dihasilkannya. Mungkin saja setelah melakukan proses pencarian, kita temukan ada  kebaikan di baliknya. Karena Allah punya banyak rahasia-rahasia yang tidak diketahui oleh ummatnya.
Zainal beta sangat mengagumi Afandi sebagai seorang pelukis ekspresionis dan Basuki abdullah sebagai seorang pelukis realis. Sehingga pada suatu kesempatan ia mengikuti pameran lukisan di Taman Ismail Marzuki di Jakarta, dan Affandi sangat tertarik dengan lukisan karya zainal beta dan Affandi mendatanginya untuk mengungkapkan ketertarikannya dengan karya lukisannya yang unik. Affandi sempat berpesan padanya agar tetap berkesenian di makassar dan jangan tinggalkan makassar karena makassar sangat membutuhkanmu. Begitupun ketika kembali makassar, kedua orang tuanya melihat zainal beta telah terkenal dan mendapatkan uang dari lukisannya, maka orang tuanya  berpesan agar  tetaplah melukis namun  jangan tinggalkan makassar.
Pernah juga, ketika tahun 1981, dia ditawari  untuk menjadi tenaga pengajar di Universitas California dan dijanjikan dalam 10 tahun akan mendapat gelar professor  namun dengan syarat harus mampu menciptakan pelukis2 tanah liat di Amerika. Tentunya kalau dia  berpikiran hanya ingin kaya dan mendapatkan uang banyak, pastilah dia telah mengamini tawaran tersebut. Namun tawaran ini ditolaknya karena telah berjanji pada orang tuanya dan Affandi untuk tidak meninggalkan makassar. Dan memang di sangat mencintai makassar sebagai tanah kelahirannya.
Ketika mengamati karya lukisnya, Kebanyakan bercerita tentang kehidupan masyarakat Sulawesi, hasil kebudayaan2 sulawesi seperti rumah adat, kapal, tari-tarian adat, dll. Di samping alat dan media yang digunakan, Ia juga memiliki gaya tersendiri ketika melukis dan membedakannya dengan pelukis2 lain. Dia juga termasuk pelukis yang sangat cepat. Terbukti ketika saya menyaksikan langsung performance lukis yang dilakukannya di sebuah acara yang diselenggarakan oleh BaKTI. Dan memang tak lebih dari lima menit dia dapat menyelesaikan satu buah lukisan. Menurutnya memang melukis dengan tanah liat harus cepat karena tanah liat cepat kering untuk itu membutuhkan kelincahan tersendiri yang tentunya melalui proses yang panjang untuk menemukan tekniknya.  Kanvas yang digunakannya pun sedikit berbeda dengan yang lain,warnanya kuning pucat. Dan ketika saya bertanya tentang kanvas, dia mengatakan itu adalah rahasia dan tak bisa dipublikasikan.  Dia memulai melukis dengan mencelupkan tangannya ke salah satu dari beberapa wadah yang berisi tanah liat yang berbeda2 warna dan strukturnya. kemudian dia menyapukan tangannya ke kanvas membentuk lekukan2 yang kemudian diukir dan dipertajam garis2nya membentuk gambar dengan mengunakan bilah bambu yang berukuran sekitar 4 cm. seolah2 menari, sangat lincah dia menarikan tanganya di atas kanvas, dan tak cukup lima menit satu lukisan telah jadi.
Setiap saat ia terus bereksperimen dengan lukisannya, mulai dari alatnya hingga tanah liat yang digunakannya. Saat ini tanah yang digunakannya dalam melukis berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari daerah pangkep, blukumba, barru, jeneponto, dll.  karena tiap daerah memliki warna dan struktur yang berbeda yang ketika disatukan dalam sebuah lukisan akan menghasilkan perpaduan yang menarik. Untuk mendapatkan tanah yang baik tak jarang dia melakukan perjalanan yang jauh ke daerah2 pelosok pedalaman. disitu Ia melakuka pengamatan terhadap tanah di daerah yang di kunjunginya dan hasilnya dia mendapatkan kenaekaragaman warna dan struktur. Zainal beta mempunyai sebuah keinginan ketika suatu saat dapat mempersatukan nusantara dalam sebuah lukisan. Yah tentunya dengan mengumpulkan tanah-tanah yang berasal dari setiap daerah di indonesia. Dan cita-cita ini masih dalam proses penggarapan dan tentunya membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Ada sebuah kalimat yang menurutnya menjadi pegangan dalam hidupnya yaitu “ Terciptanya segala sesuatu dengan Cinta” . baginya kalimat itu merupakan mantra dan kunci pembuka segala sesuatu tujuan. artinya, jika kita melakukan segalanya dengan cinta insya Allah akan terwujud. ini dibuktikannya dengan menjadi seorang pelukis besar, karena sejak kecil ia mencintai lukisan dan terus berusaha agar suatu saat bisa menjadi terkenal meskipun hal ini tidak mendapat dukungan dari orang tuanya namun tetap ia berusaha dan berproses mewujudkan cita-citanya. Bahkan ia mengaku tidak mencinta bangku pendidikan. Ia sekolah hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Hasilnya selama bersekolah dia sering memberontak terhadap aturan2 dengan membiarkan rambutnya gondrong dan malas masuk kelas. saat SMA terhitung Lima kali pindah sekolah dan itupun tidak ditamatkannya. Pendidikannya hanya sebatas SMP. Sangat simpel ketika di tanya tentang hal ini. Jawabannya adalah karena dia tidak cinta terhadap hal itu..
Namun apa yang dialaminya semasa muda tentunya tidak diinginkan terjadi pada empat anaknya. Dia mendidik anaknya untuk mencintai pendidikan dan rajin belajar. Dia sering membantu anaknya mengerjakan tugas2 sekolah. Dia tidak pernah marah ketika anaknya mendapat nilai rendah di sekolah melankan memotivasi untuk belajar dan berproses kembali  sehingga mampu menemukan sendiri jawaban atas kesalahannya. Karena ia sangat meyakini dibalik sebuah kesalahan, pasti ada kebaikan.